Latar Belakang
Benih
adalah biji atau bagian tanaman yang digunakan untuk memperbanyak dan
mengembangkan tanaman. Pemanenan benih
dikatakan siap panen apabila
telah benih tersebut sudah menunjukkan kondisi masak
fisiologis. Ada tiga fase untuk mencapai tingkat secara fisiologi (dalam
konsepsi Steinbauer-Sadjad dikelompokkan
sebagai periode awal)
yaitu: fase
histrodiferensiasi, fase akumulasi cadangan makanan dan fase pemasakan. Fase
histrodifernsiasi dimulai dari pembelahan dan diferensiasi sel sehingga dari
sel zigot terbentuk embrio dengan setruktur yang lengkap. Kadar air dan berat
basah pada fase ini meningkat pesat, dan embrio masih sangat peka terhadap
pengeringan. Fase akumulasi cadangan makanan ditandai dengan berat kering mulai
meningkat pesat sebagai akibat dari akumulasi cadangan makanan dan terjadi
pembelahan sel. Benih merupakan bahan yang bersifat higroskopis yang mempunyai
susunan yang kompleks dan heterogen yang diantaranya adalah komponen air.
Karena itu benih akan menyerap kelembaban dari atau melepaskan kelembaban yang
dimilikinya kepada atmosfer di sekelilingnya sampai terjadi suatu keseimbangan
antara kadar air benih dengan kelembaban relatif dari atmosfer lingkungan.
Kadar air benih karena keadaan yang higroskopis itu tergantung pada kelembaban
relatif dan temperatur. Kelembaban relatif dan temperatur menentukan adanya
tekanan uap dalam benih dan dalam udara di sekitarnya. Apabila tekanan uap
dalam benih ternyata lebih besar daripada tekanan udara di sekitarnya, maka uap
air akan
menerobos dan keluar dari dalam benih. Sebaliknya jika tekanan uap air di luar
benih lebih tinggi, maka uap akan menerobos masuk kedalam benih, dan apabila tekanan
uap di dalam benih sama kuatnya dengan tekanan uap di luar benih, maka dalam
keadaan demikian tidak akan terjadi pergerakan uap serta dalam keadaan demikian
inilah terjadinya kadar air yang seimbang (Kartasapoetra, 1986).
Berat
basah relatif setabil walaupun kehilangan banyak air karena digantikan cadangan
makanan yang diakumulasilan. Penurunan kadar air semakin lambat pada saat benih
mendekati berat kering maksimum. Pada fase pemasakan, kadar air benih akan
mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di luar dan setelah mencapai
tingkat masak fisiologis, benih berat kering benih tidak akan banyak mengalami
perubahan. Kadar
air benih merupakan salah satu parameter dalam penentuan mutu benih. Keberadaan
air dalam benih berhubung erat dengan semua aspek fisiologi mutu benih dan
merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi kualitas benih (ISTA 2007).
Di
Indonesia salah satu parameter yang harus tertera pada label kadar kadar air benih, bahkan
untuk beberapa komoditas kadar air benih merupakan faktor penentu kadaluarsa
dari label tersebut. Melalui SK Mentan pemerintah menbuat sebuah konsep bahwasannya
persyaratan kadar air maksimal untuk beberapa benih tanaman pangan maupun
hortikultura yang bertujuan untuk memberikan jaminan mutu benih (BBMBTPH, 2013).
Kadar
air benih adalah hilangnya berat air ketika benih dikeringkan, dan dinyatakan
sebagai persentase dari berat awal contoh benih. Metode pengukuran kadar air
yang diterapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya
zat yang mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembapan sebanyak mungkin
(ISTA, 2010). Ada dua metode
penetapan kadar air yang dapat dilakukan, yaitu metode langsung dan tidak
langsung. Metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran kadar air adalah
metode langsung. Pada metode langsung kadar air benih dihitung secara langsung
dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dalam benih, dengan cara
menggunakan oven suhu konstan.
Lihat juga hasi penelitian pada umbi sedap malam berikut.
Lihat juga hasi penelitian pada umbi sedap malam berikut.
Penetapan
kadar air dengan menggunakan oven dapat menggunakan suhu rendah konstan 103 °C
selama ± 17 jam dan suhu tinggi konstan 130 °C selama 4 jam
untuk jagung, 2 jam untuk serealia, dan 1 jam untuk tanaman lainnya. Suhu yang
digunakan tergantung dari jenis tanamannya. ISTA menetapkan pengujian kadar air
benih padi dengan suhu tinggi konstan selama 2 jam (ISTA 2010).
Pemilihan
metode pengukuran kadar air yang paling tepat adalah apabila cara tersebut
mampu memberikan nilai kadar air yang sudah tinggi. Menurut Justice dan Bass
(2002) bobot kering yang konstan juga dapat digunakan sebagai jaminan bahwa
semua air yang ada di dalam benih telah menguap, sehingga bobot kering yang
konstan umum digunakan sebagai metode dasar dalam penentuan kadar air benih.
Metode pengukuran kadar air benih wajib untuk dikuasai. Pemilihan metode
pengujian kadar air tersebut tergantung dari jenis benih yang diuji. http://adf.ly/1gI5na
<div id="SC_TBlock_750582" class="SC_TBlock">loading...</div>
<div id="SC_TBlock_750582" class="SC_TBlock">loading...</div>
Tujuan
Praktikum
Tujuan Praktikum ini adalah untuk menentukan pengukuran kadar air
benih padi dan benih cempedak.
II.
METODOLOGI
PRAKTIKUM
Tempat
dan Waktu
Praktikum
ini dilaksanakan pada
tanggal 29
Februari 2016
di Labolatorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
dan Alat
Bahan
percobaan yang digunakan adalah benih padi yang
diambil dari contoh sampel kemurnian dan benih Cempedak diperoleh dari pasar Bubulak.
Alat yang digunakan adalah oven, desikator, Blender (grinding
mill), timbangan,
cawan porselin, dan alat pengiris
benih.
Rancangan Percobaan
Percobaan dilakukan dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan metode pengeringan dimana tersususn atas empat
taraf faktor pengeringan. yaitu (a) pengeringan
dengan suhu 101-105 0C selama 17 jam, (b)
pengeringan suhu 130-133 0C selama 1 jam, (c)
pengeringan suhu 130-133 0C selama 2 jam, dan (d)
pengeringan suhu 130-133 0C selama 3 jam, Setiap taraf terdiri dari empat ulangan sehingga
diperoleh 16 satuan
percobaan untuk setiap komoditas. Satu satuan percobaan memiliki bobot sebesar
± 5 gram. Model linier yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yij
= μ + τi +
Ԑij
Keterangan :
Yij = Pengamatan perlakuan metode pengeringan
ke-i dan ulangan ke-j
μ = Rataan
umum
τi =
Pengaruh perlakuan metode perlakuan taraf ke-i
Ԑij =
Pengaruh galat percobaan terhadap pengeringan
ke-i dan ulangan ke-j
Data dianalisis menggunakan sidik ragam (Uji T). Uji nilai tengah
yang digunakan adalah Duncan Multiple
Range Test (DMRT) pada selang kepercayaan 5%.
Praktikum
diawali dengan melakukan perlakuan pada benih padi dan benih cempedak sebelum
dilakukaan pengukuran kadar air. Benih
padi sebanyak 5 gram di grinder selama 30 detik lalu kemudian dibagi dalam empat taraf,
sedangkan untuk benih cempedak
diiris dengan ketebalan ± 0-1
mm lalu diambil ± sebanyak 80 gram.
Tujuan penghancuran maupun
pemotongan benih menjadi bagian yang lebih kecil dimaksudkan untuk memperluas
bidang penguapan.
Pengujian kadar air benih
dimulai dengan menimbang cawan dan tutup (M1), Setelah itu untuk benih padi digiling menggunakan blender
selama 30 detik dan benih cempedak diiris rata-rata setebal 0,9 kemudian
masing masing sampel dimasukkan
ke dalam cawan dan ditimbang kembali (M2). Cawan tersebut dimasukan
kedalam oven dengan suhu dan lama pengovenan sesuai dengan perlakuan. Kondisi
cawan terbuka selama dalam oven. Setelah dioven selama waktu yang telah
ditetapkan, selanjutnya cawan dikeluarkan dari oven kemudian dimasukan kedalam
desikator selama ± 30
menit hingga dingin. Selanjutnya timbang benih, cawan dan tutup yang telah di
oven (M3). Persentase kadar air benih dihitunng berdasarkan bobot M1,
M2 dan M3.
Perubahan bobot kering masing-masing sampel
diamati dengan cara menimbang cawan yang berisi benih (M2) selama 1,
2, 3 dan 17
jam. Cawan dimasukkan dalam oven selama satu jam kemudian dikeluarkan dan
ditimbang. Selanjutnya cawan dimasukan kembali dalam oven hingga satu jam dan
dilakukan pengamatan seperti diatas. Pengamatan dilakukan secara berulang
hingga pengeringan 17
jam.
Alat pengiris benih cempedak
|
|
Pengukuran
ketebalan
benih
cempedak
|
Proses Glinder Benih Padi
Pengamatan
Peubah yang diamati pada praktikum ini adalah kadar
air benih. Kadar air benih diukur dengan menggunakan metode langsung
menggunakan. Benih dioven pada suhu 101-103
0C selama ±17 jam, serta pada suhu
130-133 0C
selama 1, 2, dan
3 jam. Persentase kadar air dihitung menggunakan rumus berikut:
Kadar Air (%) =
x 100 %
Keterangan:
M1 = Berat wadah + tutup
M2 = Berat wadah + tutup + sampel
benih awal
M3 = Berat wadah + tutup + sampel benih setelah dioven
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Kadar Air Benih Padi (Oriza sativa l.)
Analisis ragam kadar
air benih padi menunjukkan bahwa metode penurunan kadar air menggunakan oven pada suhu maksimum memberikan
pengaruh nyata terhadap kadar air benih padi. Penurunan kadar air dengan oven
pada suhu berbeda dan waktu yang berbeda mempengaruhi kondisi kadar air benih padi hal ini disebabkan oleh suhu yang diberikan bertujuan untuk mengurangi kandung air dalam sesuai
dengan yang dikemukakan dalam ISTA (2006).
Tabel 1.
|
Hasil analisis ragam pengaruh metode
penurunan kadar air terhadap persentase
kadar air benih padi
|
SK
|
F
Value
|
Pr
> F
|
CV
|
Metode Penurunan Kadar Air (0C
jam)
|
5.54*
|
0.0197
|
5.066157
|
Kelompok
|
1.24*
|
0.3516
|
Keterangan: * memberikan respon yang nyata
Hasil uji T menunjukkan dengan metode penurunan kadar air
pada suhu rendah 130 oC selama 17 jam tidak
berbeda nyata dengan penurunan kadar air suhu tinggi 130 oC selama 2
dan 3 jam, akan tetapi memberikan
respon nyata terhadap kadar air pada suhu tinggi waktu
pengovenan 1 jam.
Tabel 2.
|
Perbedaan
kadar air pada metode pengurangan kadar air suhu
rendah 103oC dan tinggi 1300C dengan waktu yang berbeda
pada benih padi
|
Comparison Metode penurunan KA (0C Jam)
|
Difference Between Means
|
Simultaneous
95%
Confidence
Limits
|
|
P2 – P0
|
0,6225
|
-1,6863
|
0,4413
|
P3 – P0
|
0,8100
|
-1,8783
|
0,2538
|
P1 – P0
|
1,5300
|
-2,5938
|
0,4662***
|
Keterangan:
***
perbandingan antar dua perlakuan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
Tabel 3,
dibawah ini menunjukkan rata-rata kadar air benih padi ketika di
oven pada kondisi suhu rendah 103 oC selama 17 jam yaitu
11,3025%, yang menunjukkan tidak berbeda nyata dengan suhu tinggi
130 oC selama 2 dan 3 jam yaitu 10,68% dan 10,4925%. Namun, berbeda nyata dengan suhu rendah 103 oC
selama 17 jam sangat jauh reratanya jika dibandingkan dengan suhu 130 oC
selama 1 jam yaitu 9,7725%.
Tabel 3.
|
Rata-rata kandungan kadar air
benih padi pada berbagai
metode penurunan kadar air
|
Tehnik penurunan KA 0C (Jam)
|
KA (%)
|
Suhu 103 oC
(17 jam)
|
11,3025
|
Suhu 130 oC
(1 jam)
|
9,7725
|
Suhu 130 oC
(2 jam)
|
10,6800
|
Suhu 130 oC
(3jam)
|
10,4925
|
Berdasarkan
skema pada tabel penurunan kadar air
benih pada suhu 130 oC selama 2 jam diatas dapat dijadikan rujukan sebagai metode penurunan
kadar air dimana penurunan
kadar air dengan suhu rendah 130 oC selama 17 jam
tidak berbeda nyata dengan penurunan kadar air suhu tinggi 130 oC
selama 2 dan 3 jam. kadar air benih Oryza
sativa dapat dilakukan dengan suhu tinggi selama 2 jam dengan persentase
kadar air kurang dari 13%, dengan terlebih dahulu benihnya digrinding. (ISTA, 2014).
3.2 Kadar Air Benih
Cempedak (Artocarpus cempeden)
Analisis sidik ragam
menunjukkan bahwa pada perlakuan metode
penurunan kadar air memberikan respon yang nyata
terhadap benih cempedak. Hal ini sejalan dengan
yang disampaikan ISTA (2006), bahwa kadar
air benih dihitung berdasarkan kehilangan berat
bobot benih ketika benih
dikeringkan sesuai dengan metode tertentu yang diterapkan dan dirancang untuk
mengurangi hilangnya kandungan air
yang mudah menguap dengan pengurangan kelembaban sebanyak mungkin.
IV.
Tabel 4.
|
Hasil analisis ragam pengaruh metode
penurunan kadar air terhadap persentase kadar air benih cempedak.
|
SK
|
F
Value
|
Pr
> F
|
CV
|
Metode Penurunan KA
(0C jam)
|
4.43*
|
0.0358
|
12.05895
|
Kelompok
|
50.60
*
|
<.0001
|
Keterangan:
* berpengaruh
nyata
Uji penurunan kadar air pada tabel 5.
Dibawah ini menunjukkan bahwa pada suhu rendah
103 oC selama 17 jam tidak berbeda nyata dengan kandungan kadar air suhu tinggi 130 oC selama 3 jam,
meskipun memberikan respon yang nyata
dengan penurunan kadar air suhu tinggi 1 jam dan 2 jam.
Tabel 5.
|
Perbedaan kadar air pada metode
penurunan kadar air suhu rendah 103oC
dan tinggi 130oC dengan waktu yang berbeda terhadap
benih Cempedak
|
Comparison Metode penurunan KA (0C Jam)
|
Difference Between Means
|
Simultaneous
95%
Confidence
Limits
|
|
P3 – P0
|
-9,078
|
-19,648
|
1.493
|
P2 – P0
|
-23,088
|
-33,658
|
-12,517***
|
P1 – P0
|
-43,428
|
-53,998
|
-32,857***
|
Keterangan:
*** perbandingan antar dua perlakuan berbeda nyata
pada selang kepercayaan 95%
Tabel 6 dibawah
ini menunjukkan bahwa pada saat pengovenan pada suhu tinggi 130 oC
selama 3 jam yaitu 53,91% tidak memberikan respon yang jauh berbeda dengan di oven suhu
rendah 103 oC selama 17 jam yaitu 67,988%. Akan tetapi penurunan kadar air benih cempedak suhu rendah 103 oC
selama 17 jam memberikan respon yang sangat berbeda dengan suhu
130 oC selama 1 dan 2 jam yaitu 19,56% dan 39,9%.
V.
VI.
Tabel 6.
|
Rerata kadar air benih cempedak dengan berbagai
metode penurunan kadar air
|
Tehnik penurunan KA 0C (Jam)
|
KA (%)
|
Suhu 103 oC
(17 jam)
|
67,988
|
Suhu 130 oC
(1 jam)
|
19,560
|
Suhu 130 oC
(2 jam)
|
39,900
|
Suhu 130 oC
(3jam)
|
53,910
|
Berdasarkan
penyajian data diatas sumber pengujian kadar air benih
cempedak yang bisa dipilih adalah pengovenan suhu 103 oC selama 17
jam hal ini disebabkan karena kadar airnya lebih tinggi. Akan tetapi penurunan kadar air benih dengan suhu 130 oC
selama 3 jam pada benih cempedak belum dapat dijadikan rujukan sebagai metode
pengujian kadar air pada benih
cempedak. jika dibandingkan dengan metode oven suhu rendah kadar air benih tidak lebih tinggi. Willan
(1985), menyebutkan bahwa pemilihan
tehnik pengukuran kadar air
yang paling cocok
adalah teknik yang
mampu memberikan hasil nilai
kadar air tertinggi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum,
pengujian kadar air merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui adalah
informasi mengenai penentuan dan penanganan suatu benih. Apabila pengujian yang
dilakukan tidak tepat maka hasil yang akan diperoleh juga berdampak buruk.
Penentuan metode yang tepat dalam pratikum pengujian kadar air padi (Oryza
sativa L.) dan kadar air Cempedak
(Artocarpus cempeden) didasarkan pada suhu rendah dan suhu tinggi dapat beberapa
hasil sebagai berikut:
1.
Ada dua
cara yang digunakan untuk menentukan kadar air biji padi (Oryza sativa L.)
yaitu metode oven suhu rendah dan suhu tinggi. Suhu rendah yang digunakan yaitu
103 0C dengan waktu pengovenan 17 jam, sedangkan untuk suhu tinggi
yang menjadi standar ISTA (2010) suhu yang digunakan 130 0C dengan
waktu yang dibutuhkan selama 1, 2, dan 3 jam.
2.
Metode oven
untuk menentukan kadar air biji Cempedak (Artocarpus cempeden) dilakuan pada
suhu rendah 103 0C dengan waktu 17 jam, namun jika ingin dikalibrasi
atau menggunakan suhu tinggi (130 0C) dapat dilakukan dengan waktu 1
jam.
LIHAT JUGA HASIL PENELITIAN PADA UMBI SEDAP MALAM DI https://youtu.be/LokQE4G6M0c
Daftar Pustaka
Apriyani SN. 2014. Pengembangan metode uji kadar air
benih pala (Myristica spp.)
[skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
[BPMBTPH] Balai Pengembangan Mutu Benih Tanaman
Pangan dan Holtikultura. 2013. Penetapan
Kadar Air dan Kegiatan Pendukungnya. Jakarta (ID): Direktorat Jendral
Tanaman Pangan. Direktorat Perbenihan.
[ISTA] Internasional Seed Testing Association. 2010.
International Rules for Seed Testing: Edition 2010. The International Seed
Testing Association. Switzerland (CH): ISTA.
Kartasapoetra, 1986. Dalam kadar Air benih http://agronomi02.blogspot.com/2010/08/kadar-air-
benih.html
Justice OL, Bass LN. 2002. Prinsip dan Praktek
Penyimpanan Benih. Roesli R, penerjemah. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo
Persada. Terjemahan dari: Principles and Practices of Seed Storage.
Sevilla EP. 1982. The Advances Seed Technology in The Philippines. Manila: Berau of
Plant Industry, Ministry of Agriculture.